Sebuah Catatan Liburan Akhir Tahun 2013 di Lombok
Rutinitas itu menjemukan. Beban pekerjaan menumpuk di akhir tahun membuat kita stress. Pengelolaan stress kerja sangat penting sekali. Beginilah tips aku dalam pengelolaan stress kerja. Menjelang akhir tahun, di mulai bulan September, ku tabulasi seluruh pekerjaan yang harus aku selesaikan tahun ini. Aku targetkan maksimal pertengahna bulan Desember sudah harus aku selesaikan. Karena......aku harus jadwalkan liburan kahir tahun yang berbarengan dengan liburan anak sekolah. Tak perlu rencana matang liburan mau ke mana. Semua berjalan mengalir sesuai dengan terselesaikannya beban pekerjaan dan money tentunya. Saat waktunya tiba, baru aku plan tujuan liburan. Tak perlu lama-lama, disesuaikan aja keinginan dan ketersediaan dana. Langsung plan transportasi. Travelling ataukah backpacker. Liburan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang travelling. Pilihan jatuh pada kombinasi travelling dan backpacker. NTB tujuan kami liburan. Secara kebetulan, aku punya sahabat baik di kaki gunung Rinjani, meskipun sekarang tidak tinggal di sana. Tapi keluarga besar nya masih berada di pulau itu. Atas referensinya, keraguan untuk menuju NTB terpatahkan dengan solusi yang di tawarkan. Transportasi dan penginapan selama di NTB sudah siap. Menuju NTB perjalanan, kami mulai dari penerbangan Juanda Surabaya. Menuju Surabayadengan travelling. Penerbangan lewat Surabaya untuk mengurangi biaya transportasi. Jika kami lewat penerbangan Solo, transit di Jakarta dan biaya tinggi. 1 (satu) jam penerbangan sampailah kami di Bandara Internasional Lombok. Teman di Lombok dah siap menjemput kami di bandara.
Selanjutnya perjalanan kami
lanjutkan ke pantai Senggigi. Murah juga tiket masuknya, Rp 10.000,00 dah
berempat dan parkir mobil. Menikmati pantai senggigi dengan pasir putihnya yang
indah. Tidak begitu lama kami di senggigi, perjalanan berlanjut ke desa Bayan.
Tujuan di sini adalah rumah keluarga besar sahabatku. Dalam perjalanan, di puncak Senggigi terdapat
lokasi yang indah untuk narsis. Malimbu namanya. Bernarsis ria di lokasi ini. Setelah
puas, perjalanan kami lanjutkan. Untuk mengisi perut yang lapar dalam
perjalanan, kami istirahat makan di Nipah. Menu ikan bakar menjadi santapan
kami.
Sampai desa Bayan, kami mampir
sebentar di berugag kemudia lanjut wisatake masjid kuno Bayan. Di sini di kenal
wetu telu. Wetu telu yang di kaitkan dengan sholat yang hanya di 3 (tiga) waktu
membuat penduduk daerah ini marah. Itu yang di sampaikan ke kami oleh penduduk sekitar. Konon wetu telu
adalah hanya nama sebuah daerah. Di sini juga yang tiap maulud nabi di
selenggarakan perang rotan di bawah sinar rembulan. Yang menjadi aneh adalah,
halaman masjid itu tidak seberapa luas, tetapi ketika perayaan itu berlangsung
berapapun orang yang menyaksikan pertunjukkan halaman tersebut tidak pernah
penuh dan menampung seluruh penonton. Tradisi masak bersama-sama masih lestari
samapi dengan sekarang. Bahan masakan berasal dari penduduk sekitar, yaitu dari
mereka yang nadzar. Penduduk daerah ini terkenal dengan tingkat komitmen yang
tinggi. Itu menurut cerita penduduk sekitar.
Disamping itu pengrajin tenun
tradisional juga ada di daerah ini. Anak kecil sudah pandai menenun. Konon
cerita nya perempuan desa ini belum boleh menikah jika belum bisa menenun.
Selanjutnya kami menuju
penginapan di Senaru. Malam hari kami turun kembali ke desa Bayan untuk
menikmati makan malam di keluarga sahabat saya. Ndak enak juga sebenarnya,
ngrepotin keluarga di sini. Tapi mubadzir juga jika tidak di nikmati. Menu ayam
bakar taliwang dan sayur lebuy menjadi santapan malam kami. Tak ketinggalan
plecing kakung, yang menjadi makanan
khas Lombok tersaji. Agak terasa aneh juga di mulut. Tapi karena lapar, nikmat
juga. Alhamdulillah..... setelah sejenak beramah tamah, kami kembali ke
penginapan di desa Senaru. Istirahat malam untuk melanjutkan wisata esok hari.
Pagi hari yang cerah menikmati
udara pegunungan yang segar. Air terjun sendang gile dan tiu kelep menjadi
tujuan wisata kami pagi ini. Jalan turun menuju sendang gile yang tidak
seberapa jauh, sehingga tidak membutuihkan waktu lama kami samapi di air terjun
sendang gile. Agak sedikit kecewa juga.....ternyata air terjun nya sama dengan
Tawangmangu yang ada di Karanganyar Jawa tengah. Jauh-jauh sampai di Lombok kok
yang di nikmati sama dengan yang di Karangayar. Namun kami justru penasaran
dengan air terjun yang ke dua yaitu Tiu Kelep. Ternyata memang perjalanan
menuju Tiu Kelep membutuhkan perjuangan yang lumayan. Ada jembatan tinggi yang menghubungkan 2 gunung yang harus kami
lewati. Pemandangan begitu indah sepanjang perjalanan. Ternyata ada saluran
irigasi di sini. Begitu deras airnya.
Banyak monyet berkeliaran, menandakan masih asri nya pegunungan. Setelah
melewati sungai dengan bebatuan yang terjal dan licin, suara gemuruh air terdengar.
Dan benar di balik bukit terdapat air terjun Tiu Kelep yang indah sekali di
pandang. Bagus sekali.......Lumayan lama kami menghabiskan waktu di sini. Perut
yang belum terisi sejak pagi seketika terasa kenyang. Air yang jernih langsung
kami gunakan untuk melepas dahaga. Alhamdulillah......badan terasa segar.
Setelah puas menikmatinya, kami kembali ke atas untuk melanjutkan kembali
perjalanan.
Desa Tradisional Suku Sasak Desa
Senaru menjadi tujuan kami selanjutnya. Benar-benar tradisional baik lokasi
maupun kehidupan sehari-hari penduduk setempat. Di jaman sekarang masih ada
yang bertahan dengan kehidupan tradisional. Desa ini terletak di paling ujung
desa Senaru, tepatnya di pos terakhir pendakian Gunung Rinjani di Lombok Utara.
Menuju Segara Anak dari tempat ini bisa di tempuh ± 6 jam. Penasaran juga, tapi
kami tidak membawa perlengkapan pendakian sehingga keinginan kami tahan. Next
time mudah-mudahan bisa ke sana. Puas dengan pemandangan pos terakhir pendakian
Rinjani kami turun untuk makan siang. Makan siang kali ini ternyata masih sama dengan
makan malam, ngrepotin keluarga di Desa Bayan.
Sebelum menikmati makan siang,
ada acara panen mangga. Panen mangga di pekarangan paman sahabat saya (paman
Rustam namanya). Penduduk di sini well come banget. Mangganya besar-besar. Ada
2 (dua) jenis mangga yaitu mangga madu dan mangga lokal. Mangganya manis-manis.
Setelah di rasa cukup kami turun ke rumah Ina untuk menikmati makan siang.
Perut lapar sedikit kami tahun
untuk menikmati Labuhan carik (pelabuhan baru) di desa Bayan. Indah sekali
lokasi. Sejauh mata memandang air laut dan ketika berbalik bdan sejauh mata
memandang, hamparan bukit yang indah. Bernarsis ria di tempat ini. Masih ingin
berlama-lama, tapi perut sudah terasa lapar sekali. Kami bergegas ke rumah Ina.
Ikan laut goreng dan plecing
serta ayam goreng taliwang menjadi sajian makan siang kami. Nikmat sekali.
Setelah itu menikmati mangga yang masak di pohon hasil panen. Tak ketinggalan 1
kardus mangga ternyata menjadi oleh-oleh untuk di bawa ke Solo.
Alhamdulillah...........
Sebelum melanjutkan pejalanan ke
Senggigi yang menjadi tujuan kami selanjutnya, istirahat siang di berugag Ina
untuk melepaskan lelah. Cuaca terik tapi terasa adem aja di berugag yang
beratapkan jerami. O iya.....berugag itu adalah rumah kecil (bale-bale kalo orang
Jawa) di depan rumah yang berfungsi untuk menerima tamu. Segala aktivitas yang
berhubungan dengan tamu di lakukan di tempat ini. Dari makan, sholat, tidur,
dll. Inspirative juga untuk membuat berugag di Solo nanti. Jadi ngirit ndak
usah ada ruang tamu. Jadi privasi rumah benar-benar ada. Puas beristirahat,
perjalanan kami lanjutkan.
Seolah berpacu dengan waktu untuk
menikmati pemandangan indah di Malimbu. Alhamdulillah....sampai di Malimbu pas
sekali dengan waktu Sun Set. Pemandangan
begitu indah. Di ujung terlihat puncak gunung Agung (Bali) yang indah. Di ujung
yang lain tampak beberapa gili serta di ujung lainnya lagi tampak pantai
Sekotong. Indah sekali pemandangan sore itu. Puas menikmati hingga gelap,
selanjutnya kami menuju penginapan di Senggigi. Makan malam kami selanjutnya
mencari menu yang normal aja karena perut udah protes dengan menu-menu
sebelumnya. Alhamdulillah.... di samping hotel ada restoran ayam goreng fried
chicken. Yang paling enak adalah semboyannya “renyah ayamnya serenyah harganya”.
Pas di kantong. He....he.... Puas menikmati makan malam, kami memutuskan
istirahat untuk mengumpulkan energi untuk perjalanan esok hari.
Pantai Kuta tujuan kami yang
pertama hari ini. Pantai Kuta dengan pasir putihnya dan karang yang indah kami
nikmati di sini. Bernarsis ria.......suadah pasti. Cuman yang menjadikan kami
kurang nyaman disini......penduduk yang kurang well come dengan wisatawan.
Penjaja oleh-oleh yang selalu mengikuti pengunjung terasa menganggu kenikmatan
kami. Sehingga tidak begitu lama kami berada di sini. Perjalanan kami
lanjutkan.
Tanjung aan menjadi tujuan
selanjutnya. Masih sama dengan pantai Kuta, yaitu pantai pasir putih dan karang
yang indah. Di sini agak sedikit nyaman dibandingkan di Kuta. Cuman sayang
jalan nya yang kurang bagus menuju daerah ini.
Setelah puas menikmati indahnya Tanjung aan kami lanjutkan ke wisata
selanjutnya.
Desa
Sade. Desa tradisional suku sasak yang ke dua yang kami kunjungi. Agak sedikit
berbeda dengan desa tradisional di Senaru, penduduk di sini lebih modern.
Kerajinan tenun tersedia lengkap di sini. Ada 1 (satu) bangunan yang menarik.
Tugu Tani namanya. Tempat ini di pakai untuk acara adatnya suku sasak. Pintu di
sini di buat rendah, dengan maksud tamu harus menghormati tuan rumah. Jadi ketika
masuk, tamu harus menunduk untuk melewati pintu. Yang aneh adalah lantai di pel
dengan kotoran lembu yang masih hangat seminggu sekali. Dan lantainya terbuat
dari tanah liat dan sekam. Bisa di bayangkan aroma di daerah ini. Tidak
seberapa lama kami di sini, berikutnya kami menuju pantai Sekotong untuk
menikmati indahnya pantai sekotong dan santap siang ikan bakar.
Setelah puas di sekotong, kami kembali ke penginapan yang sebelumnya mampir di pusat oleh-oleh mutiara. Sebelum samapi di penginapan, kembali kami menikmati sun set di Batu Bolong. Sudah ramai sekali di daerah tersebut wisatawan yang menunggu sun set. Kami bergabung. Nampaknya agak kurang beruntung kami sore ini, tertutup mendung. Namun, indahnya masih tetap nampak. Semburat kemerahan di ujung laut indah sekali di pandang. Tak lupa kami menabadikannya dengan kamera. Selanjutnya kami kembali ke penginapan di Senggigi.
Pagi hari nya kami melanjutkan
perjalanan ke Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan yang terkenal itu melalu
penyebrangan Bangsal. Sebelumnya kami mampir di pembudidayaan mutiara di Nipah.
Lumayan......harga mutiara laut. Yach......cukup dengan memandanginya aja
kaya’nya. Menuju lokasi 3 (tiga) Gili kami menyewa perahu. Harga sewa lumayan
karena memang masa liburan. 3 (tiga) Gili dengan biaya sewa Rp 1.060.0000,00.
Ada sich....dengan publik yang hanya Rp 15.000,00 untuk satu Gili. Sewa perahu
menjadi pilihan kami, karena secara kebetulan ada barengannya sehingga bisa
menjadi beban bersama untuk biaya sewanya. Menikmati lautan dengan ombak yang
lumayan besar. Sayang......lautan di sini banyak sampahnya. Mungkin karena
pengunjung yang lumayan banyak di hari liburan. Puas menikmati lautan di 3
(tiga) Gili, hari terakhir liburan kami putuskan untuk kembali lagi menikmati
pegunungan di Lombok. Rinjani. Namun berbeda dengan hari pertama....kami ingin
meninkmatinya dari Lombok Timur, yaitu Sembalun.
Indahnya
Rinjani.................itu yang terucap saat kami memasuki daerah Sembalun
(pos pendakian terakhir) Gunung Rinjani. Puncak Rinjani yang megah dengan
deretan pegunungan sekeliling nya yang indah.....udara pegunungan yang
segar. Puas menikmati puncak Rinjani,
perjalanan berlanjut ke puncak Sembalun (kaya’ Ketep Pas kalo’ di Gunung
Merapi). Indah sekali pemandangan di sini. Padang Savanna menjadi pemandangan
yang indah untuk di nikmati. Udara dingin di temani kopi panas dan pop mie. Menuju tempat ini
kami ketemu lagi dengan desa Tradisional suku Sasak . 3 (tiga) desa tradisional
suku sasak yang masih asli, yang menjadikan kami penasaran sejak dari Solo
serta puncak Rinjani semua telah kami nikmati keindahannya.Beberapa tempat yang indah belum sempat kami
nikmati......terutama yang menjadikan kami penasaran adalah air terjun benang
kelambu. Terlihat indah di foto di internet. Next times .......
Puas menikmati alam Lombok yang
indah selama 5 hari yang ternyata belum semuanya, perjalanan liburan berakhir
di kota Mataram. Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
Sudah semuanya. Pagi hari kami penerbangan pagi ke Surabaya. Inilah catatan
perjalananku menutup tahun 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar